Senin, 24 Juni 2013

Kritik Foto & Mengapa Kita Memerlukannya

175



Memberanikan diri untuk meletakkan foto hasil karya kita di forum-forum fotografi online untuk dikritik, tentu butuh keberanian dan – yang pasti – hati yang besar. Mungkin beberapa dari kamu sudah akrab dengan forum kritik foto. Untuk lingkup Indonesia, kamu bisa coba fotografer.net, dan untuk lingkup internasional ada photocritique, flickr, dan gurushots.

Iklim fotografi “pertemanan” di sekitar kita mungkin masih banyak mengandung rasa sungkan, dan akhirnya tidak berani mengkritik foto dari teman-teman karena merasa belum cukup ilmu atau tidak mau menyinggung dan sebagainya. Padahal, kritik foto adalah cara yang bagus untuk berbagi dan mengembangkan diri. Karena saat kita mengkritik, kita juga belajar memperhatikan keseluruhan aspek dari foto dan akhirnya terbiasa melihat mana yang secara teknik bagus, mana yang butuh perbaikan. Lalu ini bisa kita kembalikan pada diri sendiri saat memotret di kemudian hari. Mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk bergabung dengan forum yang anggotanya samasekali asing buatmu agar kritik bisa berjalan netral.

Seperti yang selalu saya bilang, fotografi adalah seni yang sangat relatif. Selera fotografer dan penikmat fotolah yang akan menilai bagus atau tidaknya sebuah foto. Jadi, aspek artistik ada di luar jangkauan kritik. Tapi, kita selalu bisa melihat bagaimana sebuah foto diambil secara teknik, dan ini yang bisa digunakan sebagai materi diskusi. Kalau kamu disodori sebuah foto yang harus dinilai, jangan sekedar bilang “Warnanya bagus.” Karena ini tidak punya nilai membangun. Kamu mungkin bisa bilang, “Warnanya bagus. Langit birunya kontras dengan bunga kuning dan merah di bawahnya. Mungkin depth of field yang dangkal bisa membuat bunga-bunganya lebih menonjol.” supaya si fotografer memikirkan pilihan lain untuk melihat fotonya.

Ada beberapa hal yang bisa kamu perhatikan dari sebuah foto yang mungkin perlu perbaikan:

1. Exposure

Apakah exposure-nya seimbang? Tidak adakah highlight atau shadow yang berlebih? Perhatikan juga keterangan dari fotografer jjika ia memang menggunakan teknik high key atau low key pada fotonya sebelum kamu mengkritik bagian ini.

2. Komposisi

Apakah fotonya tampak seimbang? Bisakah kamu menemukan POI-nya tanpa membaca caption lebih dulu? Enakkah dipandang mata?

3. Background

Adakah gangguan di latar belakang yang membuat perhatianmu teralihkan dari POI? Jika landscape, apakah cakrawalanya datar sempurna? Sesuaikah background dengan objek?

4. Fokus

Apakah fokusnya tajam dan tepat pada objek yang dibidik? Jika fotonya close-up, bisakah kamu melihat detil yang diharapkan pada objeknya?

5. Cerita

Ini mungkin yang terpenting dari semuanya. Saat kamu melihat sebuah foto, adakah yang kamu rasakan? Bisakah kamu menginterpretasikan sesuatu yang ingin disampaikan foto itu? Ini kemudian akan mencakup semua elemen diatas untuk akhirnya bisa jadi foto bagus yang “bercerita” dan bisa menjadi awal dari diskusi yang menyenangkan dari sebuah foto.

6. Kualitas secara umum

Ini diluar teknik, seperti misalnya apakah fotonya pecah atau apakah noise yang muncul tidak terasa artistik. Adakah lens abberation yang mengganggu, dan sebagainya.

7. Pengaruh

Yang saya maksud adalah yang terjadi pada kamu setelah melihat foto yang kamu kritik. Beberapa foto jurnalisme mungkin yang paling kaya dengan elemen yang satu ini. Beberapa foto bisa jadi sangat kuat secara visual, bahkan menghantui orang yang melihatnya sampai beberapa lama. Ini mungkin terlalu besar untuk dikritik, tapi bisa jadi bekal untukmu sendiri.
Sekarang, yang terpenting dari kritik foto, menempatkan dirimu sebagai orang yang karyanya dikritik. Beberapa orang mungkin akan jadi defensif, membela diri dan menganggap orang lain cuma sok tahu. Tapi kalau kamu sudah berkomitmen untuk membiarkan fotomu dilihat orang banyak, maka kamu harus siap mendengar apapun yang orang bilang tentang fotomu. Hal terbaik jika dikiritik adalah diam dulu saja. Dengarkan. Saring. Serap. Mundur beberapa langkah agar kamu bisa menilai juga fotomu sendiri bersama kritikus yang lain. Jangan kecil hati lalu tidak mau berkarya lagi, karena – ingat ini – ketika kamu ada di lingkungan yang punya hobi yang sama denganmu, semua berusaha saling membangun, bukan menjatuhkan.

Dengan jiwa yang besar dan kemauan belajar, siapapun bisa jadi fotografer yang terus berkembang jadi lebih baik tapi tetap rendah hati.

SUMBER 

Ditulis Oleh : Unknown // 12.56
Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar