Selasa, 18 Juni 2013

Menikmati POV Saat Memotret

Pada post sebelumnya, saya menulis tentang pengambilan sudut atau angle saat memotret  dan bagaimana tiap sudut memberikan efek yang berbeda. Angle sangat berkaitan dengan POV (point of view), bahkan garis pembedanya sangat tipis. Inti dari POV adalah mengajak orang yang melihat foto kita seolah-olah ikut berada di tempat kita mengambil foto tersebut. Kemudian, pada bagian ini, high angle diterjemahkan menjadi Bird’s-Eye View (sudut pandang burung) dan low angle menjadi Worm’s-Eye View (sudut pandang cacing). Tapi, lingkup POV lebih luas daripada sudut, karena kita menjadi representasi “mata” untuk orang lain. Bayangkan suatu konser musik dimana kita bisa menjadi penonton atau penyanyi. View penonton akan mengarah ke atas dan terfokus sementara view penyanyi akan mengarah ke bawah dan melebar.
Penggunaan POV yang tepat akan berguna saat kita menggunakan foto sebagai ilustrasi. Misalnya foto pada artikel perjalanan wisata atau laporan pandangan mata pada jurnalisme. POV membantu fotografer untuk “bercerita”. Dia lebih dari sekedar secara fisik memotret tapi juga secara “perasaan” menyampaikannya pada orang yang melihat.

Dirt Bike POV
Dirt Bike, Ben Birk

Foto dari Ben Birk di atas adalah contoh bagaimana POV tersampaikan dengan baik. Serasa ikut naik motor bersamanya, bukan? Atau saat menikmati foto-foto fearless Ahn Jun dari puncak gedung-gedung tinggi, melihat ke bawah, ada rasa gamang yang merayap. Kita tidak perlu ada disana, tapi kita merasakannya. Itu luar biasanya penggunaan POV yang efektif. Saya, secara pribadi, menikmati iklan salah satu provider selular yang kameranya seolah-olah bersembunyi dan mengambil long shot dari balik lampu, pintu, jendela, kabel telepon, tirai. Memberi saya perasaan sedang berdiri disana dan memperhatikan.

melihat kebawah bersama Ahn Jun

Ketika kita mengeksplorasi angle, kita bisa berlatih dan memotret banyak-banyak. Tapi ketika kita belajar untuk menguasai POV yang efektif, satu foto saja mungkin sudah cukup, karena yang harus kita kuasai adalah -sebelum menekan tombol shutter- memindahkan apa yang kita rasakan ketika melihat objek ke dalam frame yang akan kita tangkap. Terdengar sangat melankolis, tapi kadang-kadang, foto yang menggugah bisa tertangkap justru saat kita tidak terlalu memikirkan hal-hal teknis tapi saat kita menikmati apa yang kita lihat.
Selamat memotret dan berbagi

SUMBER 

Ditulis Oleh : Unknown // 21.04
Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar