“Fotografi adalah seni menyimpan moment yang bisa mewakili apa yang terjadi di depan kita. Bagaimana membuat sebuah foto menjadi hidup, itulah tantangannya.” – Budi Sulistiyo
Setiap dua minggu, Fotonela akan menulis satu profile fotografer yang bisa menginspirasi penghobi fotografi lain lewat karya-karyanya dan bagaimana ia berproses dalam perjalanannya memotret. Minggu ini saya menulis tentang Budi Sulistiyo, seorang fotografer yang tinggal di Jakarta dan sudah mulai memotret sejak duduk di semester 5 kuliah arsitekturnya pada tahun 2000.
Berawal dari sebuah kamera film Olympus yang dipinjamnya dari sang ayah untuk materi kuliah fotografi, Budi kemudian tidak berhenti belajar fotografi sendiri sampai kemudian ia berpindah ke kamera digital pada tahun 2010 yang diturunkan dari kakaknya. “Saya paling lama pakai Nikon D50. Karakternya tajam meskipun hanya 5mb.” Katanya.
Mengunjungi galerinya di flickr, akan terlihat bahwa ia adalah fotografer lintas genre yang bisa memotret apa saja mulai dari landscape sampai still life. Tapi akhir-akhir ini ia tertarik untuk menangkap lebih banyak moment di jalanan lewat street photography yang menurutnya bisa memberikan sudut-sudut pandang istimewa dan gambar yang bermakna. “Sebelum memotret di jalan, pastikan kamu mengenal suasana kehidupan di tempat yang kamu tuju. Harus aman juga. Gunakan lensa-lensa pendek seperti 35mm, 50mm, dan maksimal 85mm. Kecuali kamu berencana memotret lokasi yang tidak mungkin didekati, ya gunakan telephoto.” Sebutnya memberi tips. “Street photography bisa tentang banyak hal; suasana, ekspresi, potret, candid, atau komposisi. Karena kita pasti bertemu orang-orang yang tidak kita kenal di jalan, kita hanya punya dua pilihan: dekati secara frontal atau lakukan diam-diam. Kalau kamu berani memotret dalam jarak dekat, bangun komunikasi sebelum mengambil fotonya.” Katanya lagi. Kemampuan Budi dalam berkomunikasi juga membantunya saat ia memotret untuk orang lain, seperti pre-wedding photo shoot. “Saya suka memotret dengan konsep dan arahan. Interaksi yang baik antara fotografer dan model akan menentukan hasil fotonya. Obrolan yang menyenangkan akan membuat hasil foto jadi lebih baik.”
Ia juga pernah mengikuti beberapa kompetisi fotografi seperti Nikon Competition 2011, lomba foto HUT Pertamina PHE 2012 – dimana ia keluar sebagai juara pertama, dan sedang menunggu hasil dari sebuah lomba foto B&W yang diadakan oleh situs Ming Thein. Meskipun fotografi hanyalah hobi untuknya, tapi ia tetap menyelipkannya diantara dua tugas utamanya sebagai kepala keluarga dan seorang pekerja kantoran. Tidak perlu jauh-jauh memotret untuk mendapat foto yang bagus, Budi membuktikannya hanya dengan berkeliling Jakarta dan membuat foto-foto yang luar biasa. Bandar Jakarta adalah spot favoritnya karena disana ia bisa memotret banyak hal dalam satu tempat. “Seorang fotografer yang baik, pertama, harus punya passion untuk fotografi. Setelah itu dia pasti akan sering memotret dan dengan sendirinya berlatih dan mengasah kemampuannya. Memang bukan hal yang gampang, tapi kalau kita suka, apapun akan jadi lebih mudah dilakukan.”
Fotografer pengagum Eric Kim dan Ming Thein ini punya tips bagus untuk para fotografer pemula, “Tetaplah memotret apa yang kamu suka dengan kamera dan lensa yang kamu punya. Kuasai senjatamu supaya bisa menembak dengan benar. Nikmati saat-saat memotret dan tidak usah terintimidasi oleh kamera-kamera yang lebih canggih atau lensa-lensa besar dan panjang, karena semakin banyak kamu kuatir tentang peralatan, semakin banyak waktu yang terbuang yang sebenarnya bisa kamu pakai untuk berlatih. Jangan patah semangat dan bergabunglah dengan grup-grup fotografi untuk berbagi, mencari teman, dan belajar dari pengalaman orang lain.”
Foto-foto Budi Sulistio yang inspiratif bisa kamu nikmati di sini.
0 komentar:
Posting Komentar